PARANGMAYA – Pemungutan suara di Parlemen Norwegia saat ini didominasi oleh perubahan iklim, dan ketidaksetaraan ekonomi. Mereka tergabung dalam oposisi kiri-tengah, dan diperkirakan akan menggantikan pemerintah Konservatif, yang telah memerintah selama delapan tahun.
Saat ini Norwegia berstatus sebagai produsen minyak, dan gas utama. Dan menjadi pusat kampanye perubahan Iklim, meskipun transisi dari minyak bumi, dan pekerjaan yang diciptakannya harus bergeser bertahap.
Jajak pendapat menunjukkan, bahwa Partai Buruh berada di jalur untuk menggantikan koalisi Perdana Menteri Erna Solberg. Tetapi akan membutuhkan dukungan dari setidaknya dua partai lagi, untuk mengamankan mayoritas kursi.
“Kebijakan kami berhasil, lapangan kerja naik … jadi kami harus melanjutkannya,” kata Solberg kepada wartawan setelah memberikan suara di kampung halamannya di Bergen,sebagaimana dilansir dari Reuters pada Senin, tanggal 13 September 2021.
Sosok yang diproyeksikan menjadi perdana menteri berikutnya, pemimpin Partai Buruh Jonas Gahr Stoere. Dia berharap Partai Buruh, Partai Tengah dan Kiri Sosialis memenangkan suara mayoritas, dan membentuk pemerintahan.
Seperti Solberg, dia ingin memberi waktu kepada perusahaan minyak, untuk menyesuaikan kecakapan teknik mereka secara bertahap untuk mengejar teknologi hijau, seperti turbin angin lepas pantai.
“Saya percaya bahwa meminta waktu pada industri minyak dan gas kita adalah kebijakan industri yang salah dan kebijakan iklim yang salah,” kata Stoere kepada wartawan pada hari Minggu setelah memberikan suaranya pada hari pertama pemilihan.
Memerintah minoritas juga bisa menjadi pilihan bagi Buruh. Stoere mengatakan pemerintahnya akan fokus pada pengurangan emisi CO2 negara itu sesuai dengan Perjanjian Paris 2015, tetapi telah menolak ultimatum apa pun terkait kebijakan energi.
Jika dia menang, Stoere telah berjanji untuk mengatasi ketidaksetaraan, dengan memotong pajak untuk keluarga berpenghasilan rendah dan menengah dan menaikkan tarif untuk orang kaya.***
Sumber : Reuters