PARANGMAYA – Bali sedang dilanda krisis oksigen, disaat perjuangan COVID-19 Indonesia meningkat. Bali dan Jawa berada dalam pembatasan ketat karena ledakan kasus COVID-19, dan kematian melonjak di negara kepulauan itu.
Kepala Dinas Kesehatan Bali, Ketut Suarjaya menyatakan, bahwa provinsi Bali kehabisan oksigen, untuk pasien COVID-19 ketika kasus infeksi melonjak. Negara terbesar di Asia Tenggara, itu saat ini sedang berjuang dengan wabah COVID-19 terburuk di kawasan itu.
Bali, yang terkenal dengan pantai dan pura wisatanya, bersama dengan pulau utama Jawa dan 15 daerah lainnya, berada di bawah pembatasan ketat virus corona yang akan berakhir pada hari Minggu.
“Kami mengalami kekurangan oksigen sejak 14 Juli dan semakin hari semakin kritis karena lonjakan kasus baru,” bebernya.
“Ada krisis oksigen di Bali,”tambahnya, sebagaimana dilansir dari Al Jazeera pada Sabtu, tanggal 24 Juli 2021.
Dia menjelaskan bahwa pasien COVID-19 di Bali, membutuhkan 113,3 ton oksigen pada hari Kamis, sementara rumah sakit hanya memiliki 40,5 ton. Kekurangan oksigen juga terlihat di Jawa. Pemerintah mulai mengimpor pasokan oksigen dari negara-negara seperti Amerika Serikat dan China.
Jumlah kematian harian di Indonesia secara konsisten di atas 1.000 sejak 16 Juli 2021. Indonesia, negara terpadat keempat di dunia, telah memiliki lebih dari tiga juta infeksi virus corona dan 80.598 kematian, menurut catatatan pemerintah. Penyebaran, didorong oleh varian Delta yang sangat menular, dan tidak menunjukkan tanda-tanda melambat.
Organisasi penelitian Our World in Data mengatakan, bahwa negara itu memiliki tingkat kematian tiga kali lebih tinggi, dari rata-rata global. Jumlah kematian harian di Indonesia secara konsisten di atas 1.000 sejak 16 Juli, dengan para ahli mengatakan jumlahnya kemungkinan akan lebih tinggi karena pengujian virus corona yang rendah. Pada hari Jumat, ia melaporkan rekor jumlah harian 1.566 kematian COVID-19.
Pada saat yang sama, perdebatan tentang pembatasan virus corona, telah memicu perdebatan para ahli kesehatan, yang mengatakan terlalu dini, untuk melonggarkan pembatasan selama lonjakan infeksi dengan kelompok pengusaha, yang telah memperingatkan PHK massal kecuali pembatasan tersebut dilonggarkan.
Negara-negara di Asia telah mengamati Indonesia, menjadi hotspot global baru. Perwakilan dari dua kelompok penelitian virus corona terkemuka dunia di AS, telah menyatakan keprihatinan bahwa situasi di Indonesia. Karena situasi ini sudah ke tahap, sudah matang untuk munculnya varian baru COVID-19.
“Semakin banyak infeksi di suatu komunitas, semakin banyak peluang untuk varian baru,” kata Ali Mokdad, seorang profesor ilmu metrik kesehatan di Institute for Health Metrics and Evaluation di Seattle.***
Sumber : Al Jazeera