Pixabay_Gelombang Panas

Pixabay_Gelombang Panas

PARANGMAYA – Para ilmuwan Uni Eropa menyoroti bahwa bulan Juli 2021, adalah salah satu bulan terpanas di dunia selain tahun 2019 dan 2016. Bulan Juli tercatat telah mencapai suhu yang luar biasa tinggi. Hal itu terlihat di wilayah dari Finlandia hingga Amerika Serikat.

Iklim ekstrim tersebut mejadi tonggak terbaru, atas tren pemanasan jangka panjang dalam tujuh tahun terakhir. Capaian suhu tersebut merupakan rekor terpanas di dunia, yang disebabkan emisi gas rumah kaca yang mengubah iklim planet.

“Ketika kita melihat suhu global, ada perubahan dari tahun ke tahun atau bahkan bulan ke bulan, tetapi pada akhirnya, hal mendasar yang kita lihat adalah tren pemanasan global, dan di sebagian besar wilayah dunia.” kata Freja Vamborg, ilmuwan senior di Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa.

“Bulan lalu terikat dengan Juli 2020 sebagai rekor terpanas ketiga di dunia, di belakang Juli 2019 dan Juli 2016, “tambahnya, sebagaimana dilansir dari Reuters pada Kamis, tanggal 5 Agustus 2021.

Baca juga:  Burung Raptor di Eropa Banyak Alami Keracunan Timbal yang Berujung Kematian

Cuaca ekstrim telah melanda beberapa wilayah, pada bulan lalu. Bersamaan konsensus para ilmuwan, bahwa pemanasan global membuat gelombang panas, lebih mungkin terjadi dan lebih parah, dan bahwa planet yang lebih panas akan menyebabkan curah hujan yang lebih tinggi.

Suhu panas di AS dan Kanada telah memecahkan rekor, dimulai pada bulan Juni. Peritiwa tersebut telah menewaskan ratusan orang, dan memicu kebakaran hutan. Di Cina, Belgia dan Jerman, curah hujan yang ekstrim menyebabkan banjir yang mematikan.

Sedangkan di bagian utara tropis Australia, suhu maksimum harian tertinggi bulan lalu, sementara suhu di Afrika Utara lebih tinggi dari biasanya “hampir di mana-mana”, bebernya.

Berkebalikan suhunya dibeberapa daerah sedikit lebih dingin dari rata-rata, termasuk Jerman dan sebagian Rusia.

Ralf Toumi, co-direktur Grantham Institute tentang perubahan iklim di Imperial College London, mengatakan ledakan panas yang memecahkan rekor baru-baru ini tidak mengejutkan, mengingat pola kenaikan suhu jangka panjang.

“Ini adalah kasino konstan yang kami mainkan, dan kami hanya memilih angka tinggi lagi dan lagi,” tegasnya.

Baca juga:  Singgung Pembangunan di Pulau Komodo, Emil Salim : Sebaiknya Pemerintah Usahakan Solusi yang Terhormat Bagi Dunia !

 

Sumber : Reuters

Related Post