PARANGMAYA – Manajer Proyek Urgensi Iklim Greenpeace Asia Timur, Mikyoung Kim dan para ilmuwan menyoroti perubahan iklim, berakibat pada kenaikan suhu lebih terik, di kota-kota seluruh Asia Timur.
Greenpeace Asia Timur telah menemukan, bahwa suhu terik lebih sering di kota-kota di seluruh Asia Timur. Kelompok lingkungan memperingatkan, bahwa perubahan ikim yang diawali dengan cuaca panas, berefek parah pada kehidupan masyarakat dan pertanian.
Para peneliti itu menganalisis data suhu dengan merujuk pada 57 kota diseluruh daratan Cina, Korea dan Jepang. Hasilnya, ditemukan, bahwa cuaca panas tiba lebih awal, pada 80 persen kota yang diteliti.
“Selama dua minggu terakhir kami telah melihat beberapa atlet Olimpiade pingsan karena serangan panas. Awal musim panas ini, suhu ekstrem di Guangdong, Cina memaksa pabrik-pabrik tutup, dan di Korea ratusan ribu ternak dilaporkan mati karena gelombang panas,” kata Mikyoung Kim, sebagaimana dilansir dari Al Jazeera pada Kamis. tanggal 5 Agustus 2021.
Greenpeace, mengatakan peristiwa panas ekstrem itu bukan kebetulan, dan konsisten dengan perubahan iklim di kawasan itu.
“Suhu yang berbahaya hanya akan semakin sering terjadi kecuali pemerintah beralih dari bahan bakar fosil yang mencemari ke sumber energi yang lebih bersih, termasuk angin dan matahari,” katanya.
Efek panas yang ekstrim bisa diamati melalui belahan dunia dalam beberapa hari terakhir, mulai dari kebakaran hutan yang melanda Turki, Yunani, dan Italia. Bahkan di Eropa selatan juga melahap daerah – daerah pemukiman.