PARANGMAYA – Mantan Sekretaris Kementrian BUMN, Said Didu menyoroti opsi penututupan maskapai plat merah Garuda Indonesia di sebuah pemberitaan. Pemberitaan tersebut memuat judul “Fraksi PDIP Dorong BUMN Tutup Garuda Indonesia’.
Dia membandingkan dengan Penyertaan Modal Negara (PMN) yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk Kereta Cepat China Jakarta-Bandung. Kebijakan penyertaan modal negara lewat APBN, digunakan untuk menambal pembengkakan proyek tersebut, yang mencapai sekitar Rp 26,6 triliun.
Ironisnya, proyek Kereta Cepat China Jakarta-Bandung tersebut “Dipastikan rugi,”ungkapnya.
Dia juga menganalisa bahwa “Eskalasi biaya lebih 10 % dari rencana awal adalah pekerjaan orang yang tidak bisa merencanakan. Study Jepang perkirakan biaya sekitar $ 6 milyar ditolak karena tawaran China saat itu sekitar $ 5 milyar. Sekarang melonjak menjadi $ 8,6 milyar,”paparnya (13/10/2021).
Sehingga dia mempersoalkan pendapat, terkait penutupan Garuda, akibat kondisi arus kas dan operasi hariannya sangat minim. Namun, PMN justru diberikan, kepada pembiayaan Kereta Api Cepat China, yang sudah pasti merugi.
“Dan sebaliknya justru gunakan APBN utk biayai kereta api cepat China yg dipastikan rugi,”ungkapnya.
Said menuliskan narasi singkatnya lewat akun twitter pribadinya @msaid_didu pada Sabtu, tanggal 23 Oktober 2021
Dia menuliskan argumentasi tersebut dengan menyertakan, postingan sebuah pemberitaan yang berisi, tentang penolakan parlemen atas PMN kepada Garuda. Sekaligus opsi penutupan maskapai tersebut, saat negosiasi dengan para lender, lessor pesawat dan pemegang sukuk global gagal.
***
Sumber : Twitter