PARANGMAYA – Warganet ramai-ramai melancarkan kritik tajam atas postingan profesor Henry Subiakto. Pasalnya, perofesor dari Universitas Airlangga tersebut memposting sebuah pemberitaan berjudul “MUI: Sudah Waktunya Densus 88 dibubarkan “yang dimuat pada 30 Maret 2015.
Pemberitaan tersebut, discreenshot dan dikomentari. Henry mengatakan bahwa “ Ini kecenderungan umum. Maling tidak suka dengan penjaga keamanan. Penjahat tidak suka dengan polisi. Kuruptor tidak suka dengan KPK. Musuh negara tidak suka dengan tentara. Teroris tidak suka pada Densus 88,”paparnya.
Keterangan ini diunggah melalui akun twitter pribadinya @henrysubiakto pada Selasa, tanggal 17 November 2021.
“kalau mau Kepcer yang utuh biar jelas sebabnya. Sertakan linknya biar orang baca lengkap. bukan hanya SS (screenshot) terus bikin komentar seenaknya,”sentil akun @Uyokback. Bak, gayung bersambut komentar diatas langsung discreenshot oleh akun @ekarhamdani6 dengan mengatakan “Lagi dan lagi,katanya.
Warganet dengan akun @Kiki53644481 mengatakan “gua heran, narasi teroris tetap dimainkan,sementara di negara induk demokrasi, narasi teroris sudah basi. Jika memang ada teroris, teror apa yang telah dilakukan di indonesia ini. Yang nyata koruptor & penghianat yang menjual data rakyat ke asing, ini yang pantas disebut teror,” bebernya.
Sedangkan pemilik akun @Najamud73532288 justru memposting sebuah pemberitaan berjudul “Tragis Nasib Nakes di Papua Jadi Korban Aksi Bengis KKB Teroris”. Dia menjelaskan bahwa “Ini baru teroris Profesor..Korbannya rakyat, tenaga kesehatan dan aparat. Tapi berani gak Densus kesana?,”ungkapnya.
Komentar netizen yang tajam juga diungkapkan oleh @azmipro75. Dia mengatakan “dan ini kecenderungan khusus. Orang Islamophobia paling kenceng teriak radikal-radikul, turaras-teroris. Giliran sama koruptor langsung mingkem berjamaah,”bebernya.
Adapun pemiliki akun @Iyut_Asrie memposting jejak digital perdebatan antara Henry Subiakto dan Fadli Zon dan mangatakan “Nanti diajak debat plonga plongo,” tegasnya.
Ini kecenderungan umum. Maling tidak suka dengan penjaga keamanan. Penjahat tidak suka dengan polisi. Kuruptor tidak suka dengan KPK. Musuh negara tidak suka dengan tentara. Teroris tidak suka pada Densus 88. pic.twitter.com/eAWTDpU8Ce
— Henry Subiakto (@henrysubiakto) November 16, 2021
Ini baru teroris Profesor… Korbannya rakyat,tenaga kesehatan dan aparat. Tapi berani gak Densus kesana…??
Ini baru teroris Profesor…
Korbannya rakyat,tenaga kesehatan dan aparat.
Tapi berani gak Densus kesana…??😀 pic.twitter.com/tZuRJ7tZsw— Najamuddin (@Najamud73532288) November 17, 2021
“gua heran,narasi teroris tetap dimainkan,sementara di negera induk demokrasi,narasi teroris sudah basi. jika memang ada teroris,teror apa yang telah dilakukan di indonesia ini. yang nyata koruptor & penghianat yang menjual data rakyat ke asing,ini yg pantas disebut teror,”jelasnya.
gua heran,narasi teroris tetap dimainkan,sementara dinegera induk demokrasi,narasi teroris sudah basi.jika memang ada teroris,teror apa yg telah dilakukan di indonesia ini. yg nyata koruptor & penghianat yg menjual data rakyat ke asing,ini yg pantas disebut teror…
— Kiki (@Kiki53644481) November 17, 2021
“dan ini kecenderungan khusus. Orang Islamophobia paling kenceng teriak radikal-radikul, turaras-teroris. Giliran sama koruptor langsung mingkem berjamaah,”tegasnya.
dan ini kecenderungan khusus. Orang Islamophobia paling kenceng teriak radikal-radikul, turaras-teroris. Giliran sama koruptor langsung mingkem berjamaah.
— azmi @lipers🇲🇨 (@azmipro75) November 17, 2021
” Nanti diajak debat plonga plongo. !!!,” tegasnya.
Nanti diajak debat plonga plongo. !!! pic.twitter.com/ULV1FaM83C
— SUARA OPOSISI (@Iyut___Asrie) November 17, 2021
“Lagi dan lagi,” katanya.
Lagi lagi … pic.twitter.com/YEqct2sLoG
— Ekarhamdani6 (@ekarhamdani6) November 17, 2021
***
Sumber : Twitter