PARANGMAYA.COM – Agustinus mempertanyakan ajaran Manichaeisme, tidak tanggung-tanggung Agustinus langsung berdiskusi dengan Faustus seorang Pendeta terkenal manichaeisme, salah satu diskusi antara Agustinus dan Fautus adalah; “bahwa memetik buah untuk dimakan itu sama saja dengan membunuh, dan karenanya merupakan perbuatan jahat.
Maka untuk menjaga kemurnian, kaum terpilih harus meminta orang lain (pen: kelas pendengar) memetikan buah untuk mereka”.
Menurut Agustinus, dengan logika sederhana menyatakan bahwa memaksa orang lain untuk melakukan kejahatan atas namamu adalah kejahatan juga.
Karena diskusinya dengan Faustus pun tidak memuaskan Agustinus dan membuat Agustinus patah semangat dan meninggalkan aliran manichaeisme, bahkan dia nyaris kehilangan kepercayaan terhadap segala bentuk agama.
Titik Balik Agustinus
Kekecewaan Agustinus terhadap Manichaeisme sampai-sampai membuat dia pindah kembali ke Eropa, tepatnya Roma di tahun 383.
Perjumpaannya kembali dengan Kristen tidak serta merta membuat Augustinus kembali meyakini Kristen, bahkan Agustinus menertawakan doktrin Kristen. Hanya sebentar saja Agustinus berdiam di Roma, selanjutnya dia pindah di Milano Italia bagian utara.
Di Milano dia diangkat menjadi guru besar dalam ilmu retorika. Di kota Milan ini juga menjadi awal perjumpaan Agustinus dengan filsafat Neo-Platonisme, aliran filsafat versi baru dari filsafat Plato yang dikembangkan oleh Plotinus sejak abad ke- 3 SM. Ajaran Neo-Platonisme berhasil mendekatkan Agustinus kepada agama Kristen, sehingga ia mulai membaca Al Kitab.